Senin, 07 Mei 2012

IBLIS DALAM PERUT

Makan itu penting bagi semua mahkluk hidup. Tumbuhan menyerap air sebagai sumber energinya, hewan memakan rerumputan atau memburu hewan lain untuk dapat bertahan hidup. Begitu pula dengan manusia. Manusia memiliki otak untuk berfikir, makanan apa aja yang baik dan buruk untuk tubuh. Manusia juga memiliki perut untuk kantong makanan. Namun lain dengan otak, perut nggak bisa memilih makanan yang baik atau buruk. Perut hanya dapat memberikan sinyal bahwa makanan itu buruk setelah makanan dikonsumsi. Sinyal yang diberikan ada beragam jenis. Mulai dari angin yang mengalir merdu dan memberikan gas karbon dioksida berbahaya tercemar dari pantat yang biasa kita sebut kentut, memuntahkan cairan kental menyengat dari pantat yang biasa kita sebut mencret, atau memberikan efek meronta-ronta dalam perut yang biasa kita kenal dengan nama mules. Berhubung gue dan teman-teman gue adalah sejenis manusia yang lebih sering menggunakan perut ketimbang otak dalam memilih makanan, akhirnya gue pernah keracunan makanan. Tentunya juga bareng temen-temen seperjuangan gue (gue kan nggak mau sendirian hehe). Ceritanya, gue ma temen-temen gue lagi dikampus. Disana kami sedang membuat konsep acara yang diadakan angkatan gue buat merayakan wisuda senior-senior gue. Temanya adalah underwater bukan underwear. Nah konsep ini uda berjalan 15%. Kami semua uda membuat stagenya, yang sedikit mirip kerajaan bawah laut kayak di film kera sakti gitu deh. Tadinya kami mau buat patung gede dewa Neptunus, namun karena waktunya yang terlalu sedikit, dan Neptunus itu agak berbelit-belit, jadi kami urungkan dan menggantinya dengan monster legendaris bawah laut, Kraken. Kraken adalah monster gede berbentuk gurita, yang masih diperbincangkan keberadaannya. Mulanya orang beranggapan bahwa Kraken tersebut hanyalah mitos belaka, namun berdasarkan cerita nelayan, nahkoda kapal, dan kapal terbang yang tidak sengaja pernah bertemu, mengatakan bahwa Kraken itu benar-benar ada. Konon, di laut sering dijumpai tentakel besar yang mencabik-cabik kapal. Bentar ya.. kok jadi cerita Kraken?! Lanjut! Karena untuk hari itu target bikin rangka Kraken uda kelar, sorenya gue, radyan, sadam, Dimas dan sherly jadi lapar banget. Si Sadam belum makan dari kemaren, si Radyan, Sherly, Dimas dan gue belum makan dari siang. Sudah dapat dipastikan siapa yang bakal pingsan duluan. Karena bingung mau makan dimana, nyeletuk ide dari Dimas buat nantangin makan Nasi goreng iblis pedas. Entah karena kelaparan, atau karena semangat pengen nyicipin tu nasi goreng iblis, kami pun langsung sepakat bilang iya. Lokasinya ada di dekat Unair B. Disana ada warung bernama “Nasi Goreng Jawa”. Jauh banget dari bayangan gue yang menggambarkan sosok restoran neraka mewah, dengan daftar menu yang dibuat dari daftar dosa kita, dengan minuman es lahar dingin, dengan koki iblis asli dari neraka. Gue nyeletuk, “ini tempatnya? Kok lucu (kok warung)?” “lucu apanya? Ntar juga tau sendiri rasanya” balas Dimas. Gue ma teman-teman memilih tempat lesehan diluar warung. Tepatnya di depan toko orang. Alasannya lebih adem dan bisa memandangi bintang-bintang walaupun pada saat itu kondisi langit lagi mendung. Buat kalian yang pengen nyobain ni nasi goreng iblis, mending ikutin tips gue memilih tempat lesehan di luar warung. Bukan dengan alasan lebih adem atau bisa lihat bintang. Tapi di dalem warung itu kalian semua bisa mati keracunan! Kenapa? Karena disana posisi duduk kalian akan berhadapan dengan kompor. Lo tau kan nasi goreng iblis biar pedas dikasi cabe? Lo tau kan resikonya pilih tempat makan didepan kompor? Lo tau kan rasanya makan sambil bersin-bersin itu nggak enak? Dari sinilah gue simpulkan jangan sekali-sekali pilih tempat di dalam warung. Lanjut ya? Nah pas lagi baca menu, gue agak sedikt penasaran ma menu yang bawah sendiri, “nasi goreng iblis super duper pedas”. Gue yang belum pernah kesini akhirnya tanya ma Dimas. “eh, dim. Ni menu apaan?” “itu nasi goreng level paling pedes gung ” jawab Dimas “enak nggak?” tanya gue lagi “pedes bego! Nyoba nggak? Gue juga penasaran” jawabnya “boleh, gimana ma anak-anak lain?” “eh Dam, Rad, Sher, cobain super duper yuk?” ajak Dimas Radyan, Sadam menjawab “boleh!” “eh aku enggak berani, q pesen yang normal aja deh” jawab Sherly Akhirnya uda kami putuskan buat pesen 4 porsi nasi goreng super duper iblis, 1 porsi nasi goreng pedas ati, 2 gelas teh anget, 2 gelas es jeruk dan 1 buah es teh. Yang lucu, waktu penjualnya lagi mau masak pesenan gue, ada 3 orang cewek (mungkin anak unair) duduk di dalam warung sambil pesan nasi goreng juga. Nggak lama kemudian terdengar bunyi “crassshhh” dengan asap yang lumayan membuat mata pekat, seketika itu juga cewek-cewek tersebut langsung lari keluar sambil menutupi hidung dengan kain jilbabnya. Dari dalam warung terdengar suara bersin berulang-ulang kali yang ternyata keluar dari mulut penjualnya. Gue kaget, gue kira ada kebakaran. Gue sempet mau lari juga dengan kontak sepeda motor yang uda gue genggam. Tidak lama kemudian persis kayak di film-film, trdapat silouet berjalan keluar dengan asap yang menyelimuti tubuhnya. Sosoknya semakin jelas saat dia mendekat kearah gue dan temen-temen. Dengan mata merah dan berair, dia berkata “pedesnya sampai ke mata nak, hehe”. Setelah itu gue tersadar bahwa mahkluk yang gue lihat bukanlah jason maupun freedy, tetapi koki itu sendiri. Miris banget! Gue yakin 2 minggu lagi tu koki bakal pensiun dini akibat nasi goreng iblis. Akhirnya pesenan kami dateng juga, harumnya cabe sampai menyiksa hidung gue-pun nggak jadi masalah. Gue ngiler banget tuh ma nasi goreng. Gue pengen banget nyicipin untuk yang pertama kali. Gue kemudian mengambil sendok dan garpu yang uda disediakan, terus mencicipi kerupuknya terlebih dahulu dan menjerit bahagia. Gue kayak makan krupuk dari Italia terlezat dan terenak. Lamunan gue disadarkan oleh dimas dengan berkata: “gung, yang terkenal itu nasi gorengnya, krupuknya biasa-biasa aja bego!” “oh... jadi, ayamku?” balasku “sudah makan dulu sanaa!” balasnya. (percakapan ini terjadi di sebuah iklan mie) Akhirya gue ambil nasi goreng itu sesendok dan mengantarkan kedalam mulut gue. Di lidah gue ada semacam hawa panas kayak balsem yang tanpa gue sadari bahwa itu adalah nasi gorengnya. GILAA!!!! Pedesnya nnenndang banget! Tendangannya pak Bondan Winarno masih kalah kenceng! Gue kayak makan api rasa nasi goreng! Bahkan menurut gue rasanya tu nggak bisa dinikmati, cita rasa masakan ini masih kalah ma pedesnya, jadi gue bingung ni makanan nggak bisa dikategorikan makanan enak karena nggak bisa dirasain. Lidah gue Cuma kerasa panas dan pedas! “hahaha lihat si Agung kayak lagi mandi, keringet lo tu kemana-mana!” sahut Radyan. “maklum baru pertama makan hahaha” ejek Sadam “minum dulu gung” kata Sherly “hahaha busuk pek, masak kalah ma gue” ejek dimas sambil makan nasi goreng super duper iblis itu. “WTF!!! PEDDES PEEK!!!!” sahut Dimas setelah nggak lama makan. Gue bingung, ne makanan gue kasi ke kucingpun nggak bakal doyan. Kucing lebih milih mati ditabrak mobil daripada makan ginian. Kenapa juga gue pesen yang paling pedes! Ini neraka! Oh Tuhan mungkinkah hambamu ini harus mampus karena makan ini nasi. Bagaimana jadinya kalo kemampusan gue tersebar di berbagai media massa dengan keyword “SEORANG MAHASISWA MATI KARENA MAKAN NASI GORENG”! gue lirik ke arah temen-temen gue yang pesen sama kayak gue, ternyata merekapun terkesan ogah-ogahan makan itu nasi. Mereka juga sama kayak gue, saling lirik biar nggak dicurigai. Dimas akhirnya memecah keheningan dengan berkata: “Ayo kita buat games! Semua yang pesen sudup (super duper) harus berani makan tanpa minum! Berani nggak?” “OKE!!! Berangkat!” Sahut Sadam dengan penuh semangat “oke gue ikut!” balas Radyan Sherly bilang “Aku nggak ya? Aku pesen normal soalnya” Tinggal gue doang yang belum konfirmasi. Ini adalah saat-saat yang mereka tunggu, mempermalukan gue didepan umum gara-gara gue nggak ikutan. Mereka tau kalo gue nggak terlalu suka makanan yang panas dan pedas. Gila! Gue harus jawab apaan? Masak gue jawab “Sorry bro, dokter pribadi gue nyaranin nggak boleh lomba kayak ginian” atau gue jawab, “ibu gue selalu bilang, nggak baik makan tanpa minum”. Kapan gue punya dokter pribadi? Sopir pribadi aja nggak punya! Kapan ibu gue bilang kayak gitu? Nasehatin gue waktu makan aja nggak pernah. TIDAAAAK!!! AKU GALAU! “ooo...ookee ssssiii....aaaappa tttakut!” jawab gue dengan wajah panik. Dengan terlontarnya kata-kata dari mulut gue, mereka semua sepakat bahwa nggak boleh ada peserta yang minum saat makan ini batu bara. Kami meletakkan minuman (pandangan gue surga) didepan masing-masing peserta biar kelihatan, siapa yang miinum berarti nyerah duluan. Games-pun dimulai, gue lihat si Sadam sangat lahap makan tu batu bara. Seolah dia nggak peduli bahwa yang dia makan adalah bibit unggul terciptanya diare. Kemudian gue melirik kearah Radyan. Sama seperti Sadam, dia juga sangat lahap makan ni racun. Namun kalo gue lihat-lihat lagi, si Radyan masih kalah cepat ama Sadam. Itu berarti Radyan sebenarnya juga merasakan pedas. Lanjut gue lirik ke arah Dimas. Dia makan bak putri Solo. Sangat hati-hati dan sangat pelan. Keringat mengalir deras diwajahnya. Sesekali dia mengusap keringatnya pake tisu. Gue?? Jujur gue katakan, gue lebih cepat dari Dimas. Kenapa? Karena setiap gue makan sendok-persendok, rasa pedas itu mulai hilang. Bahasa kasarnya, lidah kita bakal mati rasa karena terus-menerus dipasok rasa pedas. Namun jika kita berhenti memakannya maka rasa pedas itu bakal muncul lagi. Berbekal ilmu tersebut alhasil gue sanggup makan ni racun walau air mata dipipiku (kayak lirik lagu ya?) mengalir kencang, keringat menggoncangkan kulit, lidah terbakar hebat. Celakanya, waktu keringat gue lagi deras-derasnya, GUE AMBIL TISU!!!! Sekali lagi pembaca, GUE AMBIL TISU!!! Ya bener banget, TISUUUUUUU!!! Bingung? Hehehe biar gue jelasin kenapa gue sangat panik saat gue tanpa sadar ngambil tisu. Begini, lo semua uda baca testimoni jurus ampuh gue yang SENGAJA gue kasi garis bawah kan? Semula pedes yang gue rasain tu gag pedes-pedes amat karena lidah gue uda mati rasa.namun saat tanpa sadar gue ambil tisu, dalam waktu +/- interval 6 detik lidah gue bakal kembali normal. Itu yang gue nggak mau. Harus kembali mencicipi makanan yang pedasnya minta ampun again!!! Gue lihat nasi di piring gue tinggal separo tapi gue uda kagak sanggup lagi men! Kayaknya gue harus kalah dan kembali dipermalukan anak-anak ding. Gimana ya... pedesnya tu uda kerasa banget di lidah dan perut. Tiba-tiba Dimas : wez ta*k!! TA*K!!! Buyar!!! Q kepedesan!! Mana minumku!!! Sruuupt, Dimas minum dan itu tandanya dia kalah duluan. Dan kabar baiknya lagi,gue nggak jadi underdog HAGHAGHAG!!!! (joget jahat). Q : Lo kalah Dim!!!! Haghaghag!! Dasar @@#$^^%$#$%** lo!!!! haha Sadam: Finish!!!! Gue selesai duluan!!! Radyan: ih akhirnya habis juga! Gue juara 2 Dimas : @@##$%#&$*#!!! Gung!!! Makanan lo belum abis tapi kan? Q : #&$$^$&#*@!!!! Gue lupa!!!! Alhasilpun, gue tetep meneruskan penderitaan gue makan batu bara ni sampe habis tanpa minum buat jadi juara 3 nya! Karena jika gue nggak ngelanjutin makan ni racun, peringkat gue harus seri ma si Dimas. Gue nggak mau lah! Dan.... makanan gue habis, gue juara 3, gue dapat minuman dari surga, gue mbayar, gue pulang, gue mules ditengah jalan, gue boker melulu sampe pantat panas, gue tewas!!!! (Iblis dalam perut!!!! @$%##%*%#$&@ lo!!!!!!)...................

AYO POTONG KAMEN!


Kamen, atau lebih tepatnya “seekor” kamen, adalah temen gue yang sedikit jorok. Ya, sedikit jorok..... Bentar...bentar.. kayaknya gue sedikit eneg ma kata “sedikit” yang tadi. Ya udahlah nggak apa-apa. Lanjut! Kamen itu orangnya baik banget, suka menolong, rajin menabung, tapi ada hal yang tetep gue nggak suka. Joroknya minta ampun! Pernah waktu itu gue nemuin dia lagi mungutin makanan dari sampah malam-malam, karena takut ketahuan dia akhirnya ikutan masuk sampah. Kamen itu orangnya simple. Penampilan bukanlah segalanya. Ya mungkin tu kata-kata yang dapat menggambarkan pribadi seekor kamen. Tapi harus tetap diingat, segalanya berawal dari penampilan.

            Pertama ketemu Kamen dikampus, dia nggak parah-parah amat. Rambut pendek, sedikit bergelombang, terdapat kumis dan jenggot tipis samar-samar, pake kemeja rapi, tas dan sepatu pada umumnya. Maklumlah, namanya mahasiswa baru. Penampilan sekolah masih kebawa, tapi setelah kenal cukup lama, gue ngerasa entah kenapa bayangan-bayangan sosok kamen yang itu cepet banget memudar. Baru aja kenal 1 semester, gue uda dibuat eneg. Mulai dari sketch book (mahasiswa desain) yang uda lembek (kena ujan, panas tiap hari), sepatu yang uda kelihatan jempolnya, jaket yang bolong meskipun gue nggak tau kenapa tu jaket bisa bolong?? Dan yang paling parah, terletak pada “bubu”nya. Bingung ya? Bubu itu nama rambut kesayangan kamen. Cuma 1 semester aja rambut Kamen uda panjang. Ngeri banget gue lihat. Reza temen gue aja ampe mimpi buruk gara-gara keingetan ama tu rambut. Parah banget pokoknya, rambut uda panjang, nggak pernah keramas, terakhir kali keramas gue tanya 2 bulan. Bayangin, ada berapa banyak kutu yang uda berkeluarga disana. Pernah waktu gue lagi makan bareng anak-anak dikantin, gue lihat Kamen masih asyik menggaruk-garuk rambutnya. Mungkin karena kutunya lagi nyari tambang batu bara kali ya, si Kamen tetep menggaruk-garuk itu kepala cukup lama. Gue kasian banget ma nasib si Reza yang lagi makan berada tepat disamping kanannya. Gue lihat, nafsu makan si Reza uda mulai hilang gara-gara banyak rambut (Kamen) di makanannya. Belum lagi kutu-kutunya yang sibuk terjun payung mencari tempat untuk mendarat. Gue yang pada saat itu duduk di kiri Kamen buru-buru menyalakan sistem pertahanan gue. Dinding kokoh, besar yang terbuat dari baja, segera muncul. Para pasukan pengamanan segera datang dan menyemprotkan anti-kutu dalam 3 tahap, sementara para ilmuan gue segera mengambil beberapa sample kutu yang ditangkap untuk diteliti.

            Gue sempet bilang ama temen gue yang lain, tapi nggak berhasil, belum sempet gue bilang kalo Kamen itu memiliki rambut yang uda nggak layak, temen-temen gue keburu lari dan segera pesan tiket pesawat meninggalkan Surabaya. Akhirnya hanya temen-temen terdekat gue yang (terpaksa) ikut memberikan beberapa solusi untuk kebaikan Kamen. Mereka adalah Reza, Cubek, Radyan.
           
Gue     : “eh Kamen enaknya diapain nih?”
            Cubek            : “emang kenapa ma kamen bro?”
            Gue     : “Gila lu ya, masak lu masih santai-santai aja?”
            Cubek            : “? Maksudnya?”
            Gue     : “noooh.. Rambut Kamen kepanjangan, kutunya kemana-mana”
Cubek            : “udalah bro, biarin aja, dia punya hak asasi manusia”
Gue     : “masalahnya dia uda bukan manusia!!”
Cubek            : “dia hewan tapi.. bentar-bentar! Dia manusia!!”
Gue     : “........... lu liat sendiri aja deh, gue males berantem”
Cubek            : (melihat) “WHAT THE F***!!!”
Gue     : “kaget? Baru tau?”
Cubek            : “Ada gunting rumput kagak?”

            Berdasarkan percakapan tadi, Cubek menjadi orang yang paling pertama mendirikan gerakan anti rambut Kamen dibeberapa jejaring sosial. Dan akhirnya kami mengadakan rapat besar untuk membahas rencana awal dari pemberantasan “bubu”. Untungnya rapat besar ini tidak sampai melibatkan presiden Obama.

RENCANA 1
           
1.      Rayu Kamen
2.      Ajak damai
3.      memberi nasehat bahwa kutu itu merugikan
4.      memanggil dokter yang bersangkutan untuk memberi tahu bahayanya memiliki banyak kutu
5.      bawa ke salon...... Hei!! Jangan membayangkan salon anjing!!

RENCANA 2

1.      Rayu Kamen
2.      Bilang bahwa dia mau diajak jalan-jalan ke TP
3.      Bohongin dia bahwa tujuan kita adalah toy-shop
4.      mengatakan bahwa dia akan kita beliin mainan
5.      bawa ke salon dengan mengatakan ada surprise dari toko mainan buat Kamen sambil ditutup matanya

RENCANA 3

1.      Bawa Kamen dengan paksa saat berakhirnya kuliah
2.      ikat dengan tali tampar atau sejenisnya
3.      masukan mobil, ikat mulutnya, keluarkan kepalanya di jendela mobil, bakar *****nya dengan lilin
4.      bila berontak, hajar lagi sampai tidak bergerak lagi namun pastikan bahwa dia masih bernafas, masukkan dalam karung goni.
5.      bawa ke salon, bila tetap tidak mau, lemparkan ke selat Madura Suramadu
Akhirnya kami memutuskan untuk menjalankan rencana 1 dan 2 dengan sedikit modifikasi tentunya. Kami menghapus rencana ke 3 dengan alasan “nggak tega”. Radyan, gue ama Cubek bertugas merayu Kamen, sementara si Reza tugasnya Cuma supir doang. Dengan usaha beribu cara akhirnya Kamen pun mau diajak untuk potong rambut dengan syarat gue dan Radyan juga harus ikut potong rambut, karena Kamen menilai rambut gue dan Radyan uda nggak layak pakai (sebenernya yang nggak layak itu siapa sih??). Tidak lama kemudian setelah memasuki mobil suzuki FORZA tahun 1996 milik Reza yang sedikit malang nasibnya karena cendela elektrik dan AC-nya mati, dengan berbagai penderitaan cara kami bernafas di mobil itu akhirnya sampai juga di Delta Plaza mall. Sempet juga ada security mall kontra dengan kami dengan alasan si Kamen nggak boleh masuk. Setelah kami jelaskan bahwa dia adalah manusia (lho?) akhirnya si securitynya minta maaf lalu kabur. Kami masuk di tempat potong rambut terkenal Jh***y And**an. Kemudian gue, Radyan, ama Kamen melakukan registrasi. Entah kenapa cuma Kamen aja yang dapet nomor antrian yang dipasang dileher.

Setelah menunggu beberapa lama, tiba giliran kami bertiga untuk di hair styling (karena nggak enak jika gue sebut pake kata “potong”). Ternyata karena sesuai budget kami pada saat registrasi, yang memangkas rambut kami itu masih amatiran. Mereka masih dalam tahap belajar. Radyan dan Kamen dipangkas ama cewek, sementara gue kebagian ama lekong boook. Beberapa menit uda berlalu, yang memangkas rambut gue ama Radyan belum menemui kendala apapun, namun beda lagi ama Kamen. Si mbaknya bingung dengan bentuk rambut kamen yang rada semrawut. Karena nggak berani motong (buat kamen pake kata “potong” nggak apa-apa), si mbaknya nyerah. Cubek ama Reza bilang gini:

Cubek            : “mbak, sulit ya? Pake gergaji aja! hahahaha”
Reza   : “kurang, gimana kalo saya ambilin gerenda? hahaha”
 (buat yang nggak tahu, gerenda itu alat untuk memotong besi)
Cubek            : “udah mbak, gundul aja! hahaha”
Reza   : “jangan! Sisakan 1 helai rambut diatas aja mbak! hahaha”

Tidak lama kemudian, datang master hair stylingnya untuk membantu mbak tadi. Dia perempuan kisaran umur 30-40 tahun, rambut bergelombang bwerwarna pirang, orang jawa, memakai baju berwarna hitam. Dengan lihai dia memotong Kamen dengan rapi dan styling. Namun karena Kamen nggak suka terlalu pendek, jadi kesan rapi tadi gue hapus. Sebagian keringat di wajah hair styling tersebut tetap aja bermunculan walau gue tahu AC disana sangat dingin sampai akhirnya selesailah model rambut Kamen yang baru.

Tips penting bagi kalian semua, merawat anggota tubuh itu sama pentingnya kayak menjaga harga diri. Kalo kalian nggak peduli ma bentuk kalian, sama aja kayak membiarkan orang lain mencibir dan merendah-rendahkan harga diri kalian. Seperti Kamen.....